CERITA RAKYAT
Legenda dari
Propinsi Kepulauan Riau
KOLAM PUTRI
Alkisah, dahulu kala
di Kepulauan Riau
terdapat sebuah kerajaan
yang bernama Kerajaan
Kayangan. Di situ hiduplah
seorang putri yang
cantik jelita bernama
Putri Bidasari. Semakin
besar semakin terpancar
pula kecantikan Sang Putri,
sehingga mengundang kekaguman
orang yang melihatnya. Para pemuda
dan pangeran dari
berbagai kerajaan bersaing
ingin merebut hati Sang Putri. Hal
itu tidak jarang
menimbulkan ketegangan,
khususnya diantara para
pangeran kerajaan.
Di
dekat Kerajaan Kayangan, tepatnya di
sekitar Gunung Bintan, terdapat kerajaan
lain bernama Kerajaan
Melayu. Keelokan paras Putri
Bidasari nan jelita
juga sampai ke
wilayah ini. Tidak sedikit
para pangeran dari Kerajaan Melayu
yang berharap dapat
merebut hati Sang Putri.
Lama-kelamaan persaingan antara
para pangeran yang
memperebutkan Putri Bidasari
menimbulkan ketegangan antara
kedua kerajaan, yaitu
Kerajaan Kayangan dengan
Kerajaan Melayu. Rakyat kedua
kerajaan yang selama
ini hidup berdampingan
dalam suasana damai
dan serasi, kini
berubah menjadi bermusuhan
Melihat gelagat
yang tidak baik
tersebut, raja Kerajaan
Kayangan yang bernama
Sang Dewa memutuskan
untuk segera memindahkan
kerajaannya. Ia pun lalu
membangun istana baru
di puncak Gunung
Bintan. Di istana baru
itu dibangunnya pula
sebuah kolam ikan
dengan airnya yang jernih.
Kolam ini merupakan
permintaan khusus Putri Bidasari
yang tidak dapat
berpisah dari ikan
mas kesayangannya.
Kepindahan Putri Bidasari
ke puncak Gunung
Bintan tidak menyurutkan
niat dan hasrat
para pangeran untuk
merebut hati Sang Putri.
Oleh karenanya, Sang Dewa
pun membuka sayembara, yang berbunyi: “Barang siapa
yang dapat menemukan
Putri Bidasari maka
dialah yang berhak
memperistri Sang Putri.” Sejak
saat itu, Putri Bidasari
menghilang dari hadapan
masyarakat kedua kerajaan.
Hampir seluruh
pangeran baik dari Kerajaan Melayu
maupun Kerajaan Kayangan
berlomba-lomba mengikuti sayembara
tersebut dan berupaya
menemukan Putri Bidasari. Bagi
para pangeran itu, kesempatan untuk
dapat mempersunting tidak
boleh disia-siakan. Jangankan harta, kalau
perlu gelar pangeran
pun rela mereka
lepas asal dapat
memiliki Putri Bidasari.
Berbeda dengan
niat para pangeran
itu, bagi masyarakat kesempatan
itu dimanfaatkan untuk
melihat kesaktian dan
kelebihan dari seorang
pangeran. Oleh karena itu, perlombaan itu
sendiri telah mengundang
perhatian luas dari
kedua kerajaan. Setelah beberapa
berjuang, seorang pangeran dari
Kerajaan Melayu dan
seorang pangeran dari
Kerajaan Kayangan berhasil
menemukan Putri Bidasari. Keduanya berhasil
pada saat yang
bersamaan.
Putri Bidasari
merasa sulit menentukan
pilihannya, maka ia mengajak
kedua pangeran itu
ke pucuk tangga
kolah ikannya. Ketika mereka
sampai di pucuk
tangga, Putri Bidasari pun
berkata: “Sulit bagiku memilih
salah satu diantara
kalian. Biarkan aku terjun
sehingga aku akan
menjadi pemilik kolam
ini.” Lalu Putri Bidasari
terjun ke dalam kolam
dan menjelma menjadi
seekor ikan mas
yang sangat cantik. Sang Dewa
kemudian menamakan kolam
tersebut “Kolam Putri”. Ikan
tersebut selanjutnya dinyatakan
sebagai ikan terlarang
dan pantang untuk
ditangkap.
Hingga hari
ini “Kolam Putri” tetap
dikeramatkan oleh sebagian
penduduk disekitar Gunung
Bintan. Masyarakat pun bersyukur
karena dapat memanfaatkan
airnya sebagai sumber
air minum.